Minggu, 24 Maret 2013

SEKILAS TENTANG WISATA SEJARAH BENTENG MADANG DI KALIMANTAN SELATAN

Berawal dari sebuah tugas kuliah saya pun ikut berkunjung kesebuah tempat bersejarah di Kalimantan selatan yaitu sebuah  Benteng Madang yang terletak di Desa Madang Kecamatan Padang Batung Kabupaten Hulu Sungai Selatan (Kalimantan Selatan). Jarak antara Desa Madang dengan Banjarmasin ± 140 km, dan jarak ± 8 Km dari Kota Kandangan dan bisa di jelajahi menggunakan Mobil. Dengan menaiki anak tangga yang ± 400 anak buah tangga saya pun bisa mencapai puncak gunung madang tersebut, walaupun  gunung tersebut tidak setinggi pada Zaman dahulu itu di karenakan longsunr dan dimakan Usia ber'abad-abad sehingga gunungnya agak lebih rendah di bandingkan pada waktu dahulu. Kenapa Benetng ini disebut "Benteng Madang? . . . Berhubung Zaman dahulu tempat itu dijadikan sebagai Benteng pertahanan bagi pejuang Bangsa Indonesia di Kalimantan Selatan Khususnya di deirah Kandangan, karena banteng madang ini kalau anda bandingkan dengan benteng-benteng yang seperti ada d Eropa dan negara lainnya ya tentu sangat beda, yang mana benteng Alam yang mana dipih tempat-tempat untuk bertahan jadi secara alami tempat itu bisa dijadikan tempat untuk bertahan, dengan kata benetng itu tidak bisa kita bayangkan bak benteng-benteng yang bergaya Eropa yang terbuat dari Baton dan lain sebagainya di Benteng Madang ini adalah benteng Alam yang mana di situ di kelilingi oleh kayu sebagai dinding pertahanan jadi kalau di bandingkan dengan benteng eropa tentu sangat berbeda yang mana terbuat dari bata / beton kalau yang di Madang ini hanya dari kayu saja,
 jadi kayunya itu kalau orang di deirah sini menyebutnya adalah KAYU MADANG yang mana biasanya orang-orang disini menggunakan sebagai perabotan rumah, maka dari kayu Madang itulah dinamakan sebuat desa yang bernama Desa Madang karena di sana banyak kayu Madang jadi kayu madang itu di potong dan dijadikan sebagai dinding pertahanan, karena desanya desa madang maka disebut dengan gunung madang, dari Benteng madang ini memili sejarah yang menarik karena selama perebutan Belanda untuk mehancurkan benteng madang tersebut bukan pekerjaan yang mudah jadi artinya tidak sederhana / gampang untuk merebut / menghancurkan benteng madang tersebut. Dengan letak Benteng madang yang sangat strategis yang mana dari tempat tersebut kita bisa melihat di sekeliling dengan jarak puluhan Km pergerakan-pergerakan di bawah sana, yang mana pada Dataran tinggi tersebut kemudian ditata dan dibuat oleh Tumenggung Antaluddin atas permintaan dari Pangeran Hidayatullah dan Demang Lehman kemudian dijadikan benteng pertahanan pasukan Pangeran Hidayatullah dan Demang Lehman dalam menghadapi serangan serdadu Belanda. Jadi Tumenggung Antaluddin yang memimpin di benteng madang ini, dan ketika pertempuran yang dinamakan pertempuran madang dalam pertempuran itu banyak tentara Belanda yang gugur. 
  Tercatat ada lima kali serangan yang dilakukan oleh serdadu belanda dan semuanya dapat dikalahkan oleh pasukan Pangeran Hadayatullah dan Demang Lehman. Serangan-serangan serdadu Belanda dilakukan pada tanggal 3, 4, 13, 18 dan 22 September 1860. Pada serangan yang keempat tanggal 18 September 1860, pasukan infantry serdadu bgelanda yang dipimpin oleh Kapten Koch dihajar habis-habisan oleh pasukan Pangeran Hidayatullah dan Demang lehman, sehingga banyak serdadu Belanda yang tewas termasuk Kapten Koch.
  • Pertempuran Gunung Madang 3 September 1860.
Persiapan benteng pertahanan di Gunung Madang ini diketahui oleh Belanda sehingga datanglah serangan pasukan Belanda secara mendadak pada 3 September 1860, sementara benteng belum selesai dibangun. Serdadu Belanda menyelusuri kampung Karang Jawa dan Ambarai dan langsung menuju Gunung Madang. Serdadu Belanda terkejut, ketika baru mendekati bukit itu serangan mendadak menyebabkan beberapa serdadu Belanda tewas. Sekali lagi serdadu Belanda mendekati bukit tetapi sebelum sampai serangan gencar menyambutnya, sehingga tentara Belanda mundur kembali ke benteng Amawang.
  • Pertempuran Gunung Madang 4 September 1860
Keesokan harinya tanggal 4 September 1860 pasukan infantri dari batalyon ke-13 mengadakan serangan kedua kalinya. Serdadu Belanda ini dilengkapi dengan mortir dan berpuluh-puluh orang perantaian untuk membawa perlengkapan perang dan dijadikannya umpan dalam pertempuran. Serdadu Belanda melemparkan 3 biji granat tetapi tidak berbunyi, dan disambut dengan tembakan dari dalam benteng Gunung Madang. Di dalam benteng Gunung Madang terdapat pula beberapa orang perantaian yang lari memihak pasukan Pangeran Hidayatullah ketika terjadi pertempuran di Pantai Hambawang yang terjadi sebelumnya. Ketika Letnan de Brauw dan Sersan de Vries menaiki kaki Gunung Madang, dia hanya diikuti serdadu bangsa Eropah sedangkan serdadu bangsa bumiputera membangkang tidak ikut bertempur Letnan de Brauw kena tembak di pahanya, dan 9 orang serdadu Eropah terkapar kena tembak dari arah dalam benteng. Setelah Letnan de Brauw kena tembak, serdadu Belanda mundur dan kembali ke benteng di Amawang. Serangan ketiga dilakukan beberapa hari kemudian setelah Belanda memperoleh bantuan dari Banjarmasin dan Amuntai.
  • Pertempuran Gunung Madang 13 September 1860.
Pada tanggal 13 September 1860 Belanda melakukan kembali serangannya terhadap benteng Gunung Madang. Serangan ini dipimpin oleh Kapten Koch dengan perlengkapan meriam dan mortir. Demang Lehman dan Tumenggung Antaluddin mempersiapkan menunggu serangan Belanda sedangkan Pangeran Hidayatullah mengatur strategi untuk menghadapinya. Pertempuran ini terjadi dalam jarak dekat, tetapi Demang Lehman dan Tumenggung Antaluddin dengan gagah berani menghadapinya. Ketika bunyi senapan dan meriam bergema, tiba-tiba roda meriamnya hancur kena tembakan. Kapten Koch mempertimbangkan untuk mundur kembali ke benteng Amawang. Kegagalan serangan Kapten Koch ini tersebar sampai ke Banjarmasin, sehingga G.M. Verspyck memerintahkan Mayor Schuak menyiapkan pasukan infantri dari batalyon ke 13 yang terdiri dari 91 opsir bangsa Eropah.
  • Pertempuran Gunung Madang 18 September 1860
Pada tanggal 18 September 1860 Mayor Schuak membawa pasukan dengan dibantu Kapten Koch menyerang Gunung Madang. Belanda membawa sebuah howitser, sebuah meriam berat dan mortir. Menjelang pukul 11.00 siang hari Demang Lehman memulai menyambut serdadu Belanda dengan tembakan. G.M. Verspyck yang berani mendekati benteng dengan pasukannya, kena tembak oleh anak buah Tumenggung Antaluddin, akhirnya mengundurkan diri membawa korban. Selanjutnya Kapten Koch memerintahkan memajukan meriam. Dengan jitu peluru mengenai serdadu pembawa meriam itu, dan jatuh terguling. Setelah pasukan meriam gagal, dilanjutkan dengan pasukan infantri mendapat giliran maju. Kapten Koch yang memimpin pasukan infantri maju, kena tembak di dadanya dan jatuh tersungkur. Dengan jatuhnya Kapten Koch tersebut serdadu Belanda menjadi bingung dan kehilangan komando. Mereka dengan bergegas menggotong mayat Koch dan berlari meninggalkan medan pertempuran, langsung mengundurkan diri kembali ke benteng Amawang. Setelah serangan keempat ini gagal, Belanda mempersiapkan kembali untuk penyerangan yang kelima Demang Lehman dan Tumenggung Antaluddin juga mempersiapkan siasat apa yang diambil untuk menghadapi serangan secara besar-besaran keluar dan tidak terpusat bertahan dalam benteng saja. Demang Lehman mendapat bantuan dari Kiai Cakra Wati pejuang wanita yang selalu menunggang kuda yang berasal dari daerah Gunung Pamaton (Distrik Riam Kanan).
  • Pertempuran Gunung Madang 22 September 1860
Serangan kelima terjadi pada tanggal 22 September 1860. Belanda mempersiapkan dengan teliti, belajar dari kegagalan empat kali penyerangannya. Belanda mempersiapkan mendirikan bivak-bivak dan perlindungan pasukan penembak meriam dengan sistem pengepungan benteng Gunung Madang. Pertempuran baru terjadi keesokan harinya dengan tembakan meriam dan lemparan granat. Pada pagi hari itu pertempuran tidak begitu seru, tetapi menjelang pukul 11.00 malam hari, tiba-tiba Demang Lehman dan Tumenggung Antaluddin mengadakan serangan besar-besaran dengan meriam dan senapan. Tembakan itu terus menerus bersahutan sampai menjelang subuh. Karena serangan yang gencar itu Belanda kehilangan komando apalagi malam hari yang gelap gulita. Pasukan Belanda kocar-kacir. Situasi yang tegang ini dipergunakan Demang Lehman dan Tumenggung Antaluddin beserta pasukannya keluar benteng dan menyebar keluar meninggalkan benteng, dan selanjutnya berpencar. Kiai Cakrawati meneruskan perjalanan ke Gunung Pamaton yang kemudian terlibat pula dalam pertempuran di Gunung Pamaton. Alangkah kecewanya Belanda ketika dengan hati-hati memasuki benteng untuk menghancurkan kekuatan Demang Lehman dan pasukannya ternyata benteng sudah kosong, hanya ditemukan satu orang mayat yang ditinggalkan.

( Simbolis Benteng madang sebagai tanda bahwa dahulu ada sebuah benteng di madang ) 

kritik dan saran silahkan isi di klolom komentar terimakasih @UlunUrangBanjar


 

Referensi / sumber : 

- Dosen Bapa Drs.Hairiyadi M.Hum ( Dosen saya )

- http://id.wikipedia.org/wiki/Padang_Batung,_Hulu_Sungai_Selatan

 

1 komentar:

stenote mengatakan...

Blog yang bagus.... semoga terus berkembang.... Saya ingin berbagi artikel tentang Castello Sforzesco di Milan di http://stenote-berkata.blogspot.com/2018/02/milan-di-castello-sforzesco.html
Lihat juga vlog di youtube https://youtu.be/78pAFuUkfig

Posting Komentar

 
Design by Free WordPress Themes | Bloggerized by Lasantha - Premium Blogger Themes | Justin Bieber, Gold Price in India